“Kalau pekerjaan bertambah tapi gaji belum naik, itu namanya ujian, bukan rejeki nomplok.” Mungkin itulah yang dirasakan Menteri Pertahanan (Menhan) Sjafrie Sjamsoeddin saat Presiden Prabowo Subianto menunjuknya sekaligus menjadi Menteri Koordinator Bidang Politik dan Keamanan (Menko Polkam) ad interim. Ibarat jagoan multitalenta, Sjafrie kini memegang empat posisi sekaligus dalam pemerintahan, sungguh bukan tugas ringan!
Penunjukan ini resmi diumumkan lewat surat Menteri Sekretaris Negara Prasetyo Hadi pada 8 September 2025, dan disampaikan ke publik pada 9 September 2025. Sjafrie pun langsung menjalankan peran barunya di Gedung Kemenko Polkam dengan memberikan arahan perdana kepada para deputi, yang menurutnya adalah “ujung tombak” agar tugas koordinasi antar kementerian dan lembaga berjalan lancar.
“Saya menekankan, tugas dan fungsi para deputi akan saya tingkatkan. Mereka harus solid, disiplin, dan bekerja efektif serta efisien,” ujar Sjafrie dengan santai, sambil seolah-olah mengingatkan bahwa birokrasi juga butuh kesegaran dan energi ekstra.
Posisi baru ini menggantikan Budi Gunawan yang dicopot oleh Presiden Prabowo pada 8 September 2025. Sjafrie pun tak lupa memberi apresiasi kepada Budi yang dinilai telah menjalankan tugasnya dengan baik.
Namun, siapa sangka, menjadi Menko Polkam ad interim hanyalah tambahan jabatan dalam koleksi Sjafrie. Sebelumnya, ia sudah berdiri tegak sebagai Menteri Pertahanan yang dilantik pada Oktober 2024, sekaligus Ketua Harian Dewan Pertahanan Nasional (DPN) sejak Desember 2024, serta Kepala Tim Pengarah Satuan Tugas Penertiban Kawasan Hutan, khususnya untuk menjaga kelestarian lahan kelapa sawit sesuai Perpres Nomor 5 Tahun 2025.
Jadi, dalam satu waktu, Sjafrie Sjamsoeddin adalah sosok yang memegang empat ‘gelar’ di pemerintahan era Prabowo: Menhan, Ketua DPN, Ketua Tim Pengarah Penertiban Kawasan Hutan, serta Menko Polkam ad interim. Mungkin bisa dibilang, ia adalah multitasker nasional sejati!
Situasi politik yang kian dinamis dan penuh tantangan memang memerlukan sosok pekerja keras dan fleksibel. Sjafrie yang juga teman satu angkatan Prabowo di Akabri tersebut tampaknya siap membawa perubahan dan menjaga stabilitas politik, pertahanan, serta keamanan dalam negeri.
Satu hal yang menarik: Sjafrie mengingatkan bahwa segala permasalahan di kementerian dan lembaga harusnya bisa diselesaikan secara internal, dan peran koordinasi dari Kemenko Polkam hanya menjadi jembatan saat dibutuhkan. Semacam kode etik birokrasi modern, dimana ‘koordinasi’ berarti saling bantu, bukan saling menumpuk masalah.
Dengan semua tanggung jawab ini, siapa tahu, kalau nanti ada jabatan lain yang ditawarkan, mungkin saja kita bakal melihat “Menko Polkam dan Menteri Segalanya.” Sementara itu, Sjafrie sudah berkomitmen keras untuk membuat birokrasi politik dan keamanan berjalan rapi dan efisien.
Mari kita tunggu aksi dan inovasi dari Sjafrie Sjamsoeddin yang kini bukan hanya pahlawan pertahanan, tapi juga sang koordinator utama politik dan keamanan kita. Kalau kata pepatah, “tugas bertambah banyak, pengalaman bertambah banyak juga.”
Sumber: Kompas.com dan Serambinews.com