DHAKA – Bangladesh dilanda kekacauan yang merajalela di kota-kota utama sejak Juli kemarin mencapai puncaknya dengan keputusan terakhir yang diambil pemerintah. “Presiden telah membubarkan parlemen,” ungkap Shiplu Zaman, sekretaris pers Presiden Mohammed Shahabuddin, menggegerkan seluruh warga negara serta pemantau internasional.
Keputusan tersebut merupakan sebuah respons darurat atas desakan protes mahasiswa yang telah menetapkan ultimatum untuk pembubaran parlemen hingga Selasa (6/8/2024) pukul 15.00 waktu setempat.
Gerakan protes, yang dipicu oleh faktor-faktor bernuansa politis dan kebijakan yang dinilai tidak adil, seperti kuota kerja yang diskriminatif, semakin melejit dengan tuntutan pengunduran diri Perdana Menteri Sheikh Hasina.
Desakan tersebut membuahkan hasil ketika rumah jabatan dan properti pribadi mantan PM di Dhaka dirusak oleh demonstran, mendesak beliau untuk melarikan diri dari negara tersebut dengan helikopternya.
Baca Juga : Permintaan Maaf Presiden Joko Widodo di Penghujung Masa Jabatan
Tragedi berdarah menyertai kerusuhan ini, dimana dalam waktu 24 jam terakhir dilaporkan lebih dari 100 orang meninggal, menurut sumber rumah sakit kepada media lokal. Tercatat lebih dari 400 orang diyakini menjadi korban jiwa selama satu bulan konflik ini.
Selain kerusuhan yang meresahkan, hadir pula sorotan terhadap sosok Muhammad Yunus, yang setuju untuk menjadi penasihat utama pemerintah sementara Bangladesh.
Muhammad Yunus merupakan tokoh yang dikenal akan perjuangannya terhadap isu kemiskinan serta pembangunan ekonomi melalui sistem kredit mikro Grameen Bank—yang kini menemukan tempatnya dalam cerita perubahan negara tersebut.
“Manusia tidak dilahirkan untuk menderita kesengsaraan karena kelaparan dan kemiskinan,” kata Yunus, menggambarkan inti dari filosofi yang membawanya menerima Nobel Perdamaian pada tahun 2006.
Baca Juga : Bagaimana Masa Depan Pensiun PNS dengan Skema Fully Funded?
Gagasan kredit mikro Yunus telah memberikan kesempatan kepada lebih dari 9 juta orang miskin di Bangladesh untuk memperbaiki keadaan hidup mereka dan secara signifikan telah mengemban peran dalam mendorong pertumbuhan ekonomi yang luar biasa di negeri ini.
Dampak ekonomi kerusuhan di Bangladesh tidak bisa dilihat sebelah mata. Pendominan krisis sosial-politik jelas menghambat roda ekonomi, khususnya bagi kegiatan perekonomian yang tergantung pada kondisi stabilitas dan keamanan nasional.
Di tengah kekacauan, legacy Yunus melalui Grameen Bank berpotensi menjadi simbol harapan dan regenerasi bagi kondisi sosial dan ekonomi Bangladesh, sekaligus mendorong lebih banyak inovasi dan upaya pemulihan pasca krisis.
Pemerintahan Bangladesh, yang kini resmi bubar, menyisakan pelajaran penting tentang pentingnya dialog dan kesesuaian antara pemerintah dengan aspirasi rakyatnya. Untuk sementara, Bangladesh bergantung pada kepemimpinan dan visi Muhammad Yunus—yang diharapkan dapat mengembalikan kestabilan dan membuka babak baru dalam sejarah panjang negara tersebut.
Baca Juga : Kecam Keras Aksi KKB Sandera dan Bunuh Pilot Asal Selandia Baru di Distrik Alama Papua